Indonesia

Selasa, 23 Desember 2008

Benny Dolo Panggil 27 Pemain Untuk Hadapi Pra Piala Asia 2011

Pelatih Timnas Indonesia, Benny Dolo memanggil beberapa muka baru untuk persiapan menghadapi Pra Piala Asia 2011. Dalam rilis resminya yang dikeluarkan Selasa (23/12) ini, Benny Dolo memanggil 27 pemain. Mereka akan mulai menjalani pelatnas pada tanggal 27 Desember 2008 di Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Dalam daftar 27 pemain yang dipanggil, para pemain timnas di AFF Suzuki Cup 2008 tetap mendominasi. Hanya Usep Munandar dan Fandy Mochtar yang tidak lagi dipanggil oleh Benny Dolo. Sedangkan dua pilar lini belakang timnas di Piala Asia 2007, Ricardo Salampessy dan Maman Abdurahman kembali hadir untuk memanaskan persaingan di pertahanan.

“ Kami memanggil kembali Maman dan Ricardo Salampessy karena punya pengalaman,” kata Benny Dolo.

Meski pengalaman menjadi salah satu alasan pemanggilan keduanya, Benny Dolo juga tidak lupa memanggil pemain muda untuk mengisi kekuatan di jantung pertahanan. Duet stopper asal klub PSM Makassar, Djayusman Triadi dan Rachmat Latif yang tampil mempesona bersama timnas U-21 di Piala Kemerdekaan lalu, ikut dipanggil.

Di lini tengah, Benny Dolo hanya menambahkan tiga pemain baru, yakni Pieter Rumaropen, Hariono dan Boaz Solossa. Khusus Boaz, pemanggilannya kali ini diproyeksikan untuk mengisi posisi gelandang sayap kiri. Sedangkan Pieter Rumaropen akan bersaing mendapatkan posisi gelandang serang bersama Firman Utina. Sementara itu, ada dua lini yang tidak mengalami perubahan, yaitu posisi penjaga gawang dan barisan striker.

Pada Pra Piala Asia 2011, Indonesia tergabung di Grup B bersama Australia, Oman dan Kuwait. Pertandingan perdana, Indonesia akan bertandang ke kandang Oman, 19 Januari 2009.

“Kami harus berangkat lebih awal agar pemain bisa menyesuaikan diri dengan suhu di Oman yang bisa turun sampai 10 derajat Celsius pada malam hari,” ungkap Benny Dolo.

Rencananya, timnas akan bertolak ke Oman, 12 Januari 2009. Sebelum bertanding lawan Oman, pasukan Benny Dolo akan menggelar satu kali uji coba kontra tim lokal di Oman, yang dijadwalkan 15 Januari 2009. (asp)

Pemanggilan pemain Timnas Untuk Pra Piala Asia 2011

Kiper : Markus Harison, Fery Rotinsulu, Dian Agus Prasetyo

Belakang : Ismed Sofyan, Ricardo Salampessy, Nova Arianto, Maman Abdurahman, M Robby, CharisYulianto, Rahmat Latif, Djayusman, Isnan Ali, Erol Iba

Tengah : Arif Suyono, Ellie Aiboy, Irsyad Aras, Ponaryo Astaman, Hariono, Syamsul Chaerudin, Firman Utina, Pieter Rumaropen, M Ilham, Boaz Solossa

Depan : Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono, TA Mushafry, Aliyudin

Sabtu, 20 Desember 2008

gagal di rajamaggala


ndonesia Gagal Melaju Ke Final AFF Suzuki Cup 2008

Kandas sudah harapan Indonesia untuk melaju ke final AFF Suzuki Cup 2008 usai dikalahkan Thailand 1-2 dalam leg-2 Semi final di Stadion Rajamangala, Bangkok, Thailand, Sabtu (20/12). Ini merupakan kekalahan kedua bagi Indonesia dari Thailand dalam system home and away. Thailand sendiri memastikan diri tampil final setelah unggul agregat 3-1 atas Indonesia

Tampil dengan pola dan komposisi pemain yang berbeda dari sebelumnya, Indonesia sebenarnya mampu unggul lebih dulu pada menit ke-10 babak pertama melalui Nova Arianto. Kecolongan lewat gol cepat Nova tersebut, membuat Thailand langsung memborbardir serangan ke gawang Indonesia. Tim Indonesia yang kali ini menggunakan tiga stopper dalam formasi 3-5-2, harus jatuh bangun mempertahankan gawangnya dari serangan bertubi-tubi dari pemain Thailand.

Penampilan gemilang Markus Harison turut pula membantu Indonesia dalam mempertahankan keunggulan hingga usai babak pertama.

Di babak kedua, Indonesia tetap belum bisa keluar dari tekanan pemain Thailand. Praktis, tim asuhan pelatih Benny Dolo ini hanya mampu bermain bertahan. Sebaliknya dengan Thailand yang mulai melancarkan berbagai macam variasi serangan kewat umpan – umpan silang maupun tendangan jarak jauh.

Setidaknya dua tendangan bebas dihadiahkan wasit kepada Thailand akibat pelanggaran yang dilakukan pemain Indonesia beberapa meter dari kotak penalti. Beruntung tak satu pun yang berbuah gol.

Sebenarnya, di tengah tekanan yang datang bertubi – tubi, Indonesia masih sesekali melakukan serangan sporadis. Budi Sudarsono yang menerima umpan dari Mushafry berhasil mendekati gawang Thailand. Namun karena terlalu lama menahan bola, usahanya tidak terlalu mengancam gawang Thailand.

Tak lama berselang, giliran tuan rumah yang mengancam gawang Indonesia. Pada menit ke-66, Teeratep Winothai yang mendapat umpan jauh berhasil melancarkan tendangan keras di dalam kotak penalti Indonesia. Namun kali ini Markus dengan cekatan menepis tendangan Teeratep.

Namun, gol Thailand memang tinggal menunggu waktu saja. Pada menit ke-71, Teeratep Winothai akhirnya berhasil memperdaya keperkasaan Markus Harison setelah menerima umpan tarik dari Teerasil Dangda. Skor pun berubah menjadi 1-1. rubah menjadi 1-1.

Hasil imbang tidak membuat pemain Thailand berhenti melakukan serangan. berawal dari kemelut di depan gawang Indonesia, pemain Thailand, Ronnachai Rangsiwo berhasil menambah skor bagi timnya di menit ke-88. Skor berubah menjadi 2-1 untuk keunggulan Thailand.

Ketinggalan 1-2, Indonesia berupaya tampil menyerang. Perubahan taktik pun dilakukan oleh Benny Dolo. Ia memasukkan Irsyad Aras dan Arif Suyono sekaligus. Pola permainan berubah menjadi 5-4-1. Irsyad Aras ditempatkan di gelandang kiri, sementara Arif di gelandang kanan. Mereka diharapkan mampu melayani Bambang Pamungkas lewat umpan – umpan dari sayap. Namun, taktik ini tidak bisa berjalan sempurna karena pemain Thailand masih unggul dalam penguasaan bola. Hingga akhir pertandingan skor tetap tidak berubah, 2-1 untuk Thailand.

Harapan

Hasil impresif di torehkan SSI Arsenal Indonesia di London beberapa waktu lalu membawa segudang kebanggaan dan juga sejuta keraguan. Tangisan mereka di akhir turnamen membuat haru hati ini sekaligus bangga di tengah-tengah kondisi sebenarnya sepakbola negeri ini. Meski hanya berada di peringkat kedua, kita pantas untuk terus berharap bahwa negeri ini bisa mempunyai sepak bola yang maju. Sukses SSI Arsenal Idonesia sebetulnya pernah di alami kakak-kakak mereka di MFC makassar beberapa tahun lalu di Danone Cup.
Hasil ini seharusnya menjadi referinsi agar kita tetap harus optimis untuk selalu membangun sepak bola negeri ini. Pandangan – pandangan skeptis terhadap sepakbola Indonesia selama ini tidak bisa juga disalahkan, pasalnya kita sudah terlalu sering di hadiahi berbagai kegagalan di ajang yang diikuti timnas senior maupun junior.
Lalu kenapa saya berkata bahwa kemenagan anak-anak yang bermarkas di Ciputat itu membawa sejuta keraguan?. Sangat mudah untuk menjawabnya, hasil yang jeblok di level senior adalah jawabanya. Artinya, anak-anak ini selalu saja mengalami detraining ketika mereka mulai menginjak level senior. Berbagai hasil memalukan timnas U-16 ke atas menjadi satu bukti. Berbicara soal penyebabnya mungkin akan sangat panjang, mulai faktor dana, fasilitas, sampai masalah perbedaan perkembangan kondisi fisik seorang pemain.
Meski masalah Antropometri dalam sepakbola tidak terlalu dipermasalahkan, namun sedikit banyak kondisi fisik pemain Indonesia mempunyai lag yang cukup berarti di negara-negar lain yang sering akhirnya mempengaruhi hasil akhir dari sebuah permainan.

Namun bukan berarti kita lalu berserah diri dan selalu bersifat skeptis. Kita sebagai manusia yang di anugerahi akal dan pikiran oleh Tuhan harus mempunyai satu cara dan inovasi agar bisa memecahkan deadlock prestasi yang di alami sepak bola negeri ini.
Berbagai usaha pernah diretas PSSI lewat program tim Primavera dan Barreti beberapa tahun lalu, namun paling pol hanya medali emas dan perak masing- masing di Sea Games manilla dan jakarta, setelah itu kita lagi-lagi di hadapakan pada kondisi detraining yang dialami timnas. Bahkan PSSI pernah menghabiskan 28 milyar di belanda hanya untuk bermain imbang 1-1 melawan Singapura di kualifikasi Asian Games Doha beberapa waktu lalu. Bahkan yang paling lucu adalah ketika PSSI berencana menaturalisasi beberapa pemain Brazil yang di proyeksikan bermain untuk timnas. Sungguh frustasi.
Masih banyak kegagalan dan kesalahan yang terjadi, namun tidak bijaksana kalau kita lantas hanya menyalahkan dan tidak berbuat apa-apa. PSSI seharusnya mulai turun jauh mejemput bola untuk membenahi semua ini. Jika SSI Arsenal dan MFC sudah memberikan sinyal positif di level junior, PSSI harus lebih jeli untuk membuat alur sehingga pemain-pemain ini menemukan muara yang jelas nantinya.
Kita juga pantas berharap pada usaha PSSI yang mengirimkan remaja – remaja indonesia ke uruguay untuk menempa diri di liga junior Uruguay. Seperti tidak jera dengan kegagalan cara yang sama di Italia, PSSI sepertinya yakin mereka bisa memetik buah manis dari Uruguay.


Sayang, hanya satu tim junior negeri ini yang bisa menikmati kerasnya sebuah liga. Liga yang memang salah satu tempat untuk mengembang diri yang sangat tepat. Pada faktanya kita memang dihadapkan pada kenyataan bahwa minimya kompetisi level junor di negeri ini. Kalaupun ada itu hanya bersifat turnamen, seperti Piala suratin.
Turnamen sangatlah tidak efektif dilaksanakan jika kita bertujuan pada sebuah pembinaan. Turnamen lebih cocok untuk pengukuran dari proses pembinaan itu sendiri. Selama ini PSSI belum mengadakan liga junor layaknya liga-liga yang sudah ada seperti ISL dan sebagainya. Liga sangat tepat bagi pemain untuk mengembangkan kemapuan mereka yang sebenarnya. Berberda dengan sebuah turnamen, liga menawarkan kesempatan bermain lebih banyak sehingga kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kualitas juga lebih banyak.
Hal ini sebetulnya sudah ada dalam Manual ISL, yang mengharuskan sebuah klub ISL mempunya sporting alias tim junior. Salah satu aspek yang konon paling gampang dipenuhi untuk bisa lolos verifikasi ISL. Namun pada kenyataanya, hal ini juga belum menjadi prioritas BLI di tahun pertama ISL. Satu tindakan yang lagi-lagi menunda kita kedalam stage yang lebih baik.
Namun begitu kita tetap harus selalu optimis untuk selalu membangun sepakbola negeri ini. Tunggu saja hasil tempaan di Uruguay, dan yang paling penting segeralah menempa seluruh remaja-remaja Indonesia ke dalam kompetisi yang berguna bagi mereka dan negara nanti tentunya.

Selasa, 16 Desember 2008

Road to Qatar

Road to Qatar

Australia, Oman, Kuwait, adalah lawan Indonesia di babak pra-piala asia 2011 di Qatar nanti. Pagi-pagi ketika saya terbangun, saya harus menghela nafas yang cukup dalam. Rasa pesimis yang cukup besar tiba-tiba muncul dibenak saya. Hal ini sama ketika Indonesia berada satu grup bersama Rep.Korea, Saudi Arabia dan Bahrain di Piala Asia lalu.

Meskipun begitu rasa optimis harus selalu dibangun, masih banyak waktu untuk menempa diri, masih ada beberapa turnamen untuk menambah motivasi dan kepercayaan diri. Piala kemerdekaan dan AFF cup adalah dua turnamen terdekat. Namun rasa pesimis itu juga tanpa alasan, permainan timnas dalam beberapa uji coba lalu belum menunjukkan karakter tim yang bisa juara. Permainan cenderung monoton dan sering kehilangan kendali. Saya rasa, saya kurang berkompeten untuk berbicara tentang kasus ini, Bung Bendol pasti lebih tahu. Tetapi yang pasti, semua harus bekerja keras untuk mecapai level permainan tim juara. Kita sudah terlalu lama dihadiahi dengan berbagai kegagalan. Kali ini memang cukup sulit untuk kembali berharap yang terbaik dari timnas. Masih banyak waktu untuk berbenah, kerjakan dulu tugas yang ada diepan mata. Dua turnamen tahun ini harus Juara!

maju tak gentar

Maju tak gentar
Menetes air mata ini, ketika peluang terakhir Budi sudarsono gagal menyelamatkan Timnas dari kekalahan dari Thailand. Meski di atas kertas saya meyakini Indonesia sulit menag atas timnas, tapi hati ini tak sampai hati rela timnas selalu kalah. Agaknya kita harus mulai lagi menyimpan hasrat meraih gelar tahun ini. Paling tidak untuk 2 tahun kedepan. Meski masih ada ajng yang dihadapi Timnas tahun depan, namun rasanya itu masih jauh dari genggaman.
Bukan maksud untuk mulai skeptis terhadap persepakbolaan Indonesia, tapi saya hanya ingin mengingatkan ternyata masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam tubuh sepak bola kita. Tak usah saling menyalahkan, karena permainan memang ada menag dan kalah. Tapi yang perlu kita pikirkan adalah cara bagaimana untuk selalu menang. Doakau selalu mengalun untukmu garudaku. Mju tak gentar!!!!!!!!!!!!!!

Senin, 15 Desember 2008

kita harus juara

Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia tercatat belum sekalipun meraih juara di ajang 2 tahunan Piala AFF. Kali ini langkah itu nampak terasa berat, gajah putih menghadang di semi final dan sang Garuda selalu nampak tak bercakar setiap bertemu sang gajah. Kita hampir lupa, kapan terakhir kali kita bisa mengalahkan Thailand di semua ajang. tapi apakah kita harus menyerah begitu saja? tentu saja tidak. sudah selayaknya kita menggegam gelar ini, denga titel penyandang liga terbesar dan termahal se Asia tenggara, pantaskah kita selalu gagal di setiap ajang yang kita ikuti?

we are the champ!!!!!